Flutter vs React Native: Duel Framework Mobile Cross-Platform di 2025

Pendahuluan: Duel Teknologi yang Mengubah Industri Mobile

Bayangkan Anda adalah founder dari startup yang sedang berkembang pesat. Aplikasi mobile Anda perlu diluncurkan ke pasar dalam waktu singkat, dengan anggaran yang terbatas, dan harus bekerja sempurna di iOS dan Android. Anda duduk dengan tim engineering, dan pertanyaan besar muncul: Flutter atau React Native?

Pertanyaan ini bukan hanya pertanyaan teknis. Ini adalah pertanyaan strategis yang akan mempengaruhi kecepatan development, cost-to-build, performa aplikasi, dan kemampuan untuk scale di masa depan.

Pada tahun 2025, kedua framework telah matang. Keduanya memiliki backing besar—Flutter didukung oleh Google, React Native oleh Meta (dulu Facebook). Keduanya memiliki komunitas yang besar dan ecosystem yang rich. Namun, keduanya memiliki trade-offs yang fundamental.

Artikel ini adalah detailed comparative analysis antara Flutter dan React Native yang akan membantu Anda membuat keputusan berdasarkan data, bukan pada preference atau hype. Kami akan membandingkan mereka di berbagai dimensi: performa, kemudahan pengembangan, ekosistem, stabilitas jangka panjang, dan use cases yang paling sesuai. Target article ini adalah startup founders, product managers, dan mobile developers yang perlu membuat keputusan framework yang tepat.

Bagian 1: Arsitektur Fundamentalnya—Mengapa Perbedaan Ini Penting

Sebelum membandingkan fitur dan performa, kita perlu memahami fundamental architecture differences antara Flutter dan React Native. Perbedaan ini adalah root cause dari semua perbedaan yang akan kita lihat nanti.

Flutter: Custom Rendering Engine

Flutter menggunakan custom rendering engine yang disebut Skia (baru-baru ini di-upgrade menjadi Impeller). Ini berarti:

• Flutter tidak menggunakan UI components native dari platform
• Sebaliknya, Flutter menggambar setiap pixel langsung ke layar menggunakan GPU
• Hasilnya adalah pixel-perfect consistency di semua platform
• Widget di Flutter adalah abstraksi yang di-render oleh engine Flutter sendiri, bukan by platform

Keuntungan:

• Performance yang konsisten dan predictable
• UI yang terlihat exactly sama di iOS dan Android
• Lebih mudah untuk create custom animations dan complex UI
• Kontrol penuh atas setiap pixel yang di-draw

Kerugian:

• Tidak memanfaatkan latest UI components dari platform (tidak otomatis update ketika iOS release SwiftUI baru atau Android release Jetpack Compose baru)
• Slightly lebih besar bundle size karena harus include engine
• Tidak terlihat "native" sesuai platform expectations terbaru

React Native: Bridge ke Native Components

React Native menggunakan pendekatan yang berbeda fundamental:

• React Native menerjemahkan React components ke native UI components di setiap platform
• Ketika Anda tulis <View> di React Native, ini di-translate ke UIView di iOS dan ViewGroup di Android
• Komunikasi antara JavaScript dan native code terjadi melalui JavaScript Bridge

Keuntungan:

• Aplikasi terlihat "native" karena menggunakan native components
• Automatically mendapat improvements ketika platform update UI components mereka
• Smaller bundle size dalam beberapa kasus (tidak include rendering engine)
• Lebih familiar untuk web developers

Kerugian:

• JavaScript Bridge overhead – setiap komunikasi antara JS dan native code melalui bridge, ini bisa menjadi bottleneck
• Performance untuk animasi dan gesture-heavy apps bisa lebih lambat
• Inconsistency antara iOS dan Android karena menggunakan native components yang berbeda
• Lebih kompleks untuk custom UI yang highly stylized

Bagian 2: Performa – The Benchmark Reality of 2025

Ini adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan: Mana yang lebih cepat?

Jawaban adalah: Tergantung use case, namun secara general Flutter sedikit lebih unggul.

CPU dan GPU Performance

Berdasarkan 2024-2025 benchmark studies:

• Flutter mencapai 5-15% better performance pada CPU-intensive tasks
• Flutter sustained 60 FPS bahkan di complex animations, sementara React Native often drops ke 45-50 FPS
• Rendering lists dengan 1,000 dynamic cards: Flutter completes dalam ~25 ms, React Native 35-50 ms

Startup Time

• Flutter apps launch 12-18% lebih cepat dibanding React Native
• Flutter cold-start time: sub-200 ms
• React Native cold-start time: lebih lama karena JavaScript engine initialization

Battery Consumption

• Flutter applications consume 8-12% less battery during graphics-intensive operations
• Gap ini narrower untuk text-heavy applications

Memory Usage

• Flutter: 8.06% memory usage
• React Native: 7.85% memory usage
• Perbedaan minimal, keduanya acceptable

Real-world Performance Metrics dari Benchmark 2025

Sebuah comprehensive benchmark di 2025 membandingkan Flutter, React Native, dan Native (Swift/Kotlin) dengan building identical Flashcard AI app:

Frame Render Time (iOS 60Hz, budget ≈16.7ms):

• Flutter: Avg 1.72 ms, p95 2.45 ms (huge headroom)
• React Native: Avg 16.65 ms, p95 16.75 ms (right at budget, no margin for spikes)
• Native Swift: Avg ~1.5 ms (best case)

Frame Render Time (Android 120Hz, budget ≈8.3ms):

• Flutter: Avg 4.01 ms, p95 5.09 ms (41-61% of budget)
• React Native: Avg 8.34 ms, p95 8.34 ms (right at budget, no margin)
• Native Kotlin: Avg 8.34 ms (v-sync limited)

Insights:

• Flutter memiliki significant safety margin untuk spikes (GC, heavy computations)
• React Native berjalan right at frame budget, meaning sedikit overhead bisa cause jank
• Untuk high-FPS devices (120Hz+), Flutter performance gap lebih terlihat

CPU Usage

• Flutter: 43.42% CPU usage
• React Native: 52.92% CPU usage
• Flutter lebih efficient, terutama untuk animation-heavy apps

Build Time

iOS:

• Flutter: 40.34 sec (consistent)
• React Native (Expo): 28.55 sec (faster, but more variance)
• Native Swift: 8.02 sec (fastest)

Android:

• Flutter: 18.50 sec
• React Native (Expo): 19.70 sec
• Comparable

Kesimpulan Performance

Flutter adalah clear winner untuk performa. Namun, untuk banyak aplikasi, perbedaan ini tidak critical. Jika aplikasi Anda tidak memiliki complex animations atau large lists, React Native performance akan acceptable. Tapi jika Anda building high-performance gaming app atau animation-heavy UI, Flutter adalah pilihan yang lebih aman.

Bagian 3: Developer Experience – Coding, Testing, dan Deployment

Performa aplikasi hanya setengah dari cerita. Yang lain adalah developer experience—seberapa mudah tim Anda bisa develop, test, dan deploy aplikasi.

Learning Curve

React Native:

• Mudah untuk JavaScript developers – jika tim sudah familiar React, learning curve hampir flat
• Gunakan existing knowledge dari web development
• Kurva belajar: Minimal untuk React developers, Moderate untuk non-JavaScript developers

Flutter:

• Harus belajar Dart programming language
• Dart tidak sekomplex bahasa lain, tapi still additional learning
• Paradigma Flutter (reactive, state management, widget tree) requires new mental model
• Kurva belajar: Moderate to Steep untuk developers dari bahasa lain, Relatively quick untuk Java/Kotlin developers

Hot Reload vs Fast Refresh

Kedua framework memiliki fitur untuk melihat changes tanpa full rebuild:

Flutter Hot Reload:

• Restart state dan preserve UI state
• Extremely fast – changes terlihat dalam 100-300 ms
• Very stable dan reliable
• Developer experience: Excellent

React Native Fast Refresh:

• Restart hanya affected component, preserve app state
• Also very fast
• Sometimes dapat menghasilkan weird states
• Developer experience: Good, tapi dapat frustrating sometimes

Advantage: Flutter memiliki lebih reliable hot reload experience

IDE dan Tooling

Flutter:

• Official support di Android Studio/IntelliJ dan VS Code
• Flutter SDK termasuk semua tools yang diperlukan (debug, profiler, inspector)
• Development environment: All-in-one, integrated, official support
• Tooling ecosystem: Good, official fokus

React Native:

• Multiple options: Expo, React Native CLI, Expo Go
• Lebih flexible tooling choices
• Development environment: Highly flexible, banyak third-party tools
• Tooling ecosystem: Massive, banyak pilihan untuk setiap kebutuhan

Testing

Flutter:

• Strong testing framework built-in (dart:test, flutter_test)
• Widget testing dengan golden files untuk UI testing
• Excellent integration testing support
• Testing support: Excellent, integrated

React Native:

• Need external frameworks (Jest, Enzyme, Detox)
• More flexibility tapi requires more setup
• Testing tooling mature karena JavaScript ecosystem yang besar
• Testing support: Good, ekosistem yang besar tapi more setup required

Debugging

Flutter:

• Integrated DevTools dengan UI inspector, timeline, memory profiler
• Very detailed frame profiling
• Excellent performance tooling
• Debugging: Excellent, integrated tools

React Native:

• Can use Chrome DevTools
• Flipper (Meta's debugging tool) provides UI inspection
• Ecosystem tools available
• Debugging: Good, multiple options

Bagian 4: Ekosistem dan Komunitas

Seberapa banyak library dan packages yang tersedia? Seberapa besar komunitas? Seberapa mudah untuk mendapat help?

Package Ecosystem

React Native:

• npm ecosystem adalah massive – hundreds of thousands of packages
• Popular packages: React Navigation, Redux, Axios, Firebase, dsb
• Quality bervariasi – some maintained, some abandoned
• Ecosystem size: Massive, ekstensif

Flutter:

• pub.dev memiliki ratusan ribu packages
• Growing rapidly tapi tidak sebesar npm
• Quality generally lebih consistent karena Flutter team memiliki curation
• Popular packages: Provider, GetX, Riverpod, Firebase, dsb
• Ecosystem size: Growing, tapi masih lebih kecil dari React Native

Advantage di Ecosystem: React Native, karena JavaScript ecosystem yang existing sudah sangat besar

Community Size dan Activity

React Native:

• Extremely large community (hundreds of thousands of developers)
• Massive amount of tutorials, courses, libraries
• Very active Stack Overflow, Reddit, Discord communities
• Community: Largest, most established

Flutter:

• Large community (growing rapidly)
• Increasing number of tutorials, courses, books
• Active communities tapi smaller dibanding React Native
• Community: Growing rapidly, sudah quite substantial

Long-term Support dan Vision

React Native by Meta:

• Meta heavily uses React Native untuk internal projects
• Recent investment dalam "New Architecture" untuk address long-term technical debt
• Semua signal menunjukkan long-term commitment
• Tapi ada concern tentang 18-month technical debt deadline (lihat lebih lanjut di bagian challenges)

Flutter by Google:

• Google menggunakan Flutter untuk internal projects dan Google Play
• Announcement dalam 2024: "Flutter Enterprise" subscription model untuk long-term support
• Google terus invest dalam improvements, dengan fokus pada stability daripada rapid feature additions
• Excellent signals untuk long-term viability

Bagian 5: Platform Support dan Multi-Platform Capabilities

Flutter: True Multi-Platform

Flutter mendukung 6+ platforms dari single codebase:

• iOS
• Android
• Web (growing rapidly)
• Windows (stable)
• macOS (stable)
• Linux (stable)

Ini berarti dengan Flutter, Anda bisa build mobile app, web app, dan desktop app dengan same codebase. Ini adalah massive advantage untuk startup yang membutuhkan multi-platform presence.

Contoh: Startup bisa build iOS app + Android app + progressive web app + Windows desktop app dari single Flutter codebase, dengan hanya 1 engineering team.

React Native: Mobile + Web

React Native officially supports:

• iOS
• Android
• Web (melalui React Native Web)

React Native Web memungkinkan running React Native code di web, tapi dengan limitations dan differences dibanding mobile.

Desktop support tersedia melalui community projects (React Native Windows, React Native macOS) tapi tidak official.

Keuntungan: Jika tim Anda sudah familiar dengan React, code dapat dishare antara web (React) dan mobile (React Native).

Kerugian: Desktop support tidak as mature seperti Flutter.

Advantage: Flutter untuk true multi-platform support

Bagian 6: Real-World Use Cases – Kapan Memilih Mana?

Pilih Flutter Jika:

1. Anda butuh pixel-perfect, high-performance UI

   • Gaming apps
   • Animation-heavy apps
   • Real-time collaboration tools

2. Anda membutuhkan true cross-platform (mobile + web + desktop)

   • Startup yang ingin presence di semua platform dari single codebase
   • Enterprise apps yang needs web + mobile + desktop

3. Anda membutuhkan consistency across platforms

   • Brand yang sangat particular tentang look and feel
   • Internal tools yang need exact same behavior di iOS dan Android

4. Anda memiliki team yang comfortable dengan type-safe languages

   • Team dari Java/Kotlin background
   • Team yang appreciate strong typing dan compile-time safety

5. Anda prioritize performance dan battery life

   • Apps untuk budget devices
   • Battery-conscious apps

Contoh Flutter apps dalam production:

• Google Ads app
• Alibaba – e-commerce platform
• BMW – connected car app
• eBay Motors

Pilih React Native Jika:

1. Anda memiliki existing web development team

   • React developers bisa jump straight ke mobile
   • Code sharing antara web dan mobile

2. Anda membutuhkan rapid development dan time-to-market

   • Startup yang ingin launch quickly
   • MVP development
   • Ekosistem JavaScript memungkinkan faster prototyping

3. Anda butuh native feel dan appearance

   • Apps yang want to feel like true native apps
   • Platform-specific guidelines are important

4. Anda memiliki complex native integrations

   • Apps yang membutuhkan heavy use dari native APIs
   • Bridge untuk complex native code

5. Anda memiliki team yang deeply invested dalam JavaScript ecosystem

   • Redux, MobX, untuk state management
   • Extensive middleware dan plugin ecosystem

Contoh React Native apps dalam production:

• Meta (Facebook) – internal tools
• Shopify – internal tools
• Microsoft Office mobile app (partially)
• Discord – mobile app

Bagian 7: Technical Debt dan Long-term Sustainability

Ini adalah aspek yang sering diabaikan tapi sangat critical untuk long-term success.

React Native: The 18-Month Technical Debt Problem

Seorang experienced React Native engineer, setelah modernizing 12+ React Native apps, discovered bahwa there's a point of no return at 18 months.

Apa yang terjadi:

• Month 0-6: Simple updates, 2 hours setiap quarterly release
• Month 7-12: Dependencies conflict, 8 hours per update
• Month 13-18: Native module incompatibilities, 40+ hours per update
• Month 19+: Complete rebuild recommended

Why this happens:

• React Native evolves quickly, dengan major version changes yang bring breaking changes
• Ketika dependency updates di-defer, gap antara current version dan latest version grows exponentially
• Native modules yang depend pada specific React Native architecture version become incompatible
• Old versions mungkin tidak support latest iOS/Android requirements

Real case study:

• Team at Sam's Club had React Native app stuck on v0.61.5 (3+ years outdated)
• Migration to v0.67.2 took significant effort
• Cost: $380,000 untuk external rebuild

Warning signs:

• npm outdated shows 20+ major version gaps
• Build times significantly degraded
• Frequent "mysterious crashes" pada specific iOS/Android versions
• Cannot upgrade dependencies because of breaking changes

Flutter: More Predictable Deprecation

Flutter mengambil more conservative approach ke breaking changes:

• Clear deprecation paths (biasanya 3-4 releases sebelum removal)
• Excellent migration guides
• Less frequent major version changes
• Framework team lebih careful tentang backwards compatibility

Result:

• Apps bisa stay current dengan Flutter yang lebih mudah
• Technical debt accumulates slower
• Maintenance cost lebih predictable

Advantage: Flutter untuk long-term sustainability

Bagian 8: Cost Analysis – Development Dan Maintenance

Initial Development Cost

React Native typically cheaper untuk initial development karena:

• JavaScript developers lebih banyak dan cheaper daripada Dart developers
• Shorter learning curve untuk team dengan JavaScript background
• Faster prototyping with existing ecosystem

Rough estimates (variasi tergantung region dan experience level):

• React Native starter project: $15,000-$30,000
• Flutter starter project: $18,000-$35,000

Long-term Maintenance Cost

Ini adalah area where Flutter potentially lebih cost-effective:

React Native maintenance costs:

• Quarterly updates memerlukan 8-40+ hours tergantung version gap
• Dependency conflicts frequently menghalangi smooth updates
• May require specialized React Native engineers (premium rates)
• Technical debt dapat explode beyond 18 months

Flutter maintenance costs:

• Quarterly updates lebih straightforward (usually 2-4 hours)
• Fewer breaking changes
• Less specialized expertise required (standard developer bisa handle maintenance)
• Technical debt grows slower

5-year total cost of ownership:

• React Native: Potentially lebih mahal (especially dengan technical debt compounding)
• Flutter: Lebih predictable dan generally lower

Bagian 9: Market Adoption dan Industry Trends 2025

Adoption Statistics

Sebagai dari 2025:

• Flutter: 42% of developer prefer (growing faster year-over-year)
• React Native: 38% of developers prefer (established, plateau)
• Both are top choices – gap antara mereka sangat kecil

Hiring Market

• React Native developers: Easier to hire (larger pool of JavaScript developers)
• Flutter developers: Growing pool, commands slightly higher premium

Enterprise Adoption

• Flutter: Growing rapidly dalam enterprise, especially untuk internal tools dan multi-platform initiatives
• React Native: Already established dalam many enterprises (Shopify, Microsoft, dsb)

Startup Ecosystem

• Flutter: Increasingly popular di startups yang want multi-platform
• React Native: Still very popular di startups, especially dengan web presence

Bagian 10: Common Challenges dan Mitigation Strategies

Flutter Challenges

1. Smaller Ecosystem

• Mitigation: Package ecosystem terus berkembang, official Google packages sangat berkualitas

2. Dart Learning Curve

• Mitigation: Excellent documentation, Dart is relatively easy untuk learn

3. Native Integrations

• Sometimes require native code untuk complex integrations
• Mitigation: Platform channels dan FFI (Foreign Function Interface) untuk native code integration

React Native Challenges

1. Performance untuk complex UIs

• Mitigation: Use performance profiling tools, avoid over-rendering

2. Inconsistency antara iOS dan Android

• Mitigation: Extensive testing, platform-specific code when needed

3. Technical Debt at 18+ months

• Mitigation: Stay updated dengan quarterly releases, proactive dependency management

4. Bridge overhead

• Untuk apps dengan very frequent JS-native communication
• Mitigation: Use JSI (JavaScript Interface) untuk reduce bridge overhead

Bagian 11: Panduan Pengambilan Keputusan – Decision Matrix

Untuk membantu Anda membuat keputusan, berikut adalah decision matrix:

Quick Decision Guide

Definitive Flutter Choice:

• Anda need mobile + web + desktop dari single codebase
• Performance adalah critical (gaming, animation-heavy)
• Anda have experienced Kotlin/Java developers
• Long-term maintainability adalah priority

Definitive React Native Choice:

• Anda have JavaScript/React expertise di team
• You need rapid MVP development dan time-to-market
• Anda primarily mobile-focused (iOS + Android only)
• Ecosystem availability adalah critical

Both are equally viable:

• Standard business apps (CRM, e-commerce, productivity)
• Apps dengan moderate performance requirements
• Apps yang tidak require complex native integrations

Bagian 12: Hybrid Approach – Combining Strengths

Penting untuk diperhatikan bahwa Anda tidak harus choose hanya satu framework. Banyak organisasi menggunakan:

Strategi Hybrid

1. Shared backend, multiple frontends

   • Build backend yang robust
   • Flutter untuk multi-platform client (mobile + web + desktop)
   • React untuk web dashboard
   • React Native untuk mobile jika tim sudah punya React expertise

2. Modular Architecture

   • Use Flutter untuk performance-critical modules
   • Use React Native untuk rapid development modules
   • Share common business logic

3. Staged Migration

   • Start dengan React Native untuk quick market entry
   • Gradually migrate critical performance-sensitive parts ke Flutter as team gains expertise

Bagian 13: Future Roadmap 2025 dan Beyond

Flutter Roadmap 2025

• Flutter 4.0 – Major release dengan improved performance
• Impeller rendering engine – Faster, more efficient rendering
• Flutter Web improvements – Better SEO, performance optimization
• AI integration – Native support untuk AI/ML capabilities
• Platform-specific UI – Better support untuk latest iOS/Android UI patterns

React Native Roadmap 2025

• New Architecture stabilization – Addressing legacy technical debt
• Performance improvements – Reducing JS bridge overhead
• Better TypeScript support – Improved DX untuk TypeScript developers
• Meta's focus – Continuing investment untuk Meta's own needs

Kesimpulan: Tidak Ada Pilihan "Sempurna", Hanya Pilihan yang "Tepat untuk Konteks Anda"

Setelah analysis yang comprehensive, berikut adalah final takeaways:

Flutter adalah winner untuk:

• True multi-platform development (mobile + web + desktop)
• Performance yang critical
• Long-term maintenance yang predictable
• Teams dengan type-safe language preference

React Native adalah winner untuk:

• Speed to market dengan existing JavaScript team
• Massive ecosystem dan community
• Developer availability dan hiring ease
• Mobile-only applications dengan standard performance requirements

The Reality of 2025:

• Keduanya adalah production-ready frameworks dengan backing dari major companies
• Keduanya dapat build successful, performant applications
• Pilihan seharusnya berdasarkan team expertise, project requirements, dan long-term goals
• Tidak ada "hype-driven" pilihan yang benar – hanya pilihan yang informed

Rekomendasi Final:

Untuk Startup Founder:

• Jika Anda need multi-platform dan have budget untuk long-term: Flutter
• Jika Anda have JavaScript team dan need speed: React Native

Untuk Established Company:

• Platform-specific critical systems: Native (Swift/Kotlin)
• Cross-platform apps: Flutter
• Web + Mobile yang share codebase: React Native atau kombinasi React + React Native

Untuk Enterprise:

• Critical systems yang membutuhkan maximum performance dan support: Native
• Enterprise apps yang membutuhkan multi-platform: Flutter atau .NET MAUI
• Legacy systems dengan JavaScript team: React Native dengan careful technical debt management

Pada akhirnya, keputusan framework adalah keputusan engineering yang strategis. Ambil waktu untuk evaluate kedua option berdasarkan konteks spesifik Anda, jangan hanya mengikuti trend atau hype.

Referensi

1. STU (2025). "Comparative Analysis of Installation Package Size and Startup Time of a Mobile Application." Retrieved from http://tst.stu.cn.ua/article/view/337123

2. IEEE Xplore (2024). "Performance Comparison of Single Code Base Development Tools: Flutter, React Native, and Xamarin." Retrieved from https://ieeexplore.ieee.org/document/10840376/

3. Cliffex (2025). "Flutter vs React Native 2025: Complete Comparison Guide." Retrieved from https://cliffex.com/product-engineering/app-development/flutter-vs-react-native-2025-complete-comparison-guide/

4. Vibe Studio (2025). "Benchmarking Flutter vs. React Native: Performance Deep Dive 2025." Retrieved from https://vibe-studio.ai/insights/benchmarking-flutter-vs-react-native-performance-deep-dive-2025

5. Synergyboat (2025). "Flutter vs React Native vs Native: 2025 Benchmark Study." Retrieved from https://www.synergyboat.com/blog/flutter-vs-react-native-vs-native-performance-benchmark-2025

6. Best Ada (2025). "Framework Terbaik untuk Pengembangan Aplikasi Mobile di 2025." Retrieved from https://bestada.co.id/informasi/framework-terbaik-untuk-pengembangan-aplikasi-mobile-di-2025

7. Speednetsoftware (2025). "Cross-platform Frameworks Analysis: KMP vs React Native vs Flutter." Retrieved from https://speednetsoftware.com/cross-platform-frameworks-analysis-kmp-vs-react-native-vs-flutter/

8. Blott (2025). "React Native vs Flutter: Which Saves More Development Time." Retrieved from https://www.blott.com/blog/post/react-native-vs-flutter-which-saves-more-development-time

9. Jagoweb (2025). "Contoh Framework Mobile Populer: Pilihan Terbaik untuk Pengembangan Aplikasi." Retrieved from https://www.jagoweb.com/contoh-framework-mobile-populer-pilihan-terbaik-untuk-pengembangan-aplikasi

10. Dev.to (2025). "Your React Native App Has 18 Months to Live." Michael Stelly. Retrieved from https://dev.to/refactory/your-react-native-app-has-18-months-to-live-9lc

11. Flexxited (2025). "Is Flutter Dead in 2025? Google's Roadmap & App Development Impact." Retrieved from https://flexxited.com/blog/is-flutter-dead-in-2025-googles-roadmap-and-app-development-impact

12. Buataplikasi.id (2025). "Framework Populer 2025: Flutter vs React Native vs .NET MAUI." Retrieved from https://buataplikasi.id/framework-populer-2025-flutter-react-native-dotnet-maui/

13. Codepolitan (2024). "Flutter vs React Native: Mana yang Lebih Baik untuk Aplikasi Mobile." Retrieved from https://codepolitan.com/blog/flutter-vs-react-native-mana-yang-lebih-baik-untuk-aplikasi-mobile-hn0sb6

14. Sagara (2025). "Flutter vs React Native: Mana Framework Terbaik untuk Mobile App." Retrieved from https://sagara.id/article/flutter-vs-react-native-mana-framework-terbaik-untuk-mobile-app/

15. Rakyat Cirebon (2025). "Perbandingan Flutter vs React Native untuk Pengembangan Aplikasi Lintas Platform." Retrieved from https://rakyatcirebon.disway.id/apps-os/read/662742/perbandingan-flutter-vs-react-native-untuk-pengembangan-aplikasi-lintas-plat

16. Design Veloper (2025). "Is Flutter Still Worth Learning in 2025? Top 10 Reasons to Learn Flutter." Retrieved from https://www.designveloper.com/blog/is-flutter-worth-learning/

17. Irohub (2025). "The Future of Flutter: What's New and What to Expect in 2025." Retrieved from https://www.irohub.com/whats-new-in-flutter-2025

18. Shopify Engineering (2023). "Migrating to React Native's New Architecture (2025)." Retrieved from https://shopify.engineering/react-native-new-architecture

19. Wildnetedge (2025). "From Tech Debt to Transformation: Why Legacy System Modernization Should Be on Every CIO's Priority." Retrieved from https://www.wildnetedge.com/news/from-tech-debt-to-transformation-why-legacy-system-modernization-should-be-on-every-cios-priori

20. Enablis (2025). "Flutter vs React Native - Our Perspective." Retrieved from https://enablis.co/resource/flutter-vs-react-native-our-perspective/

21. Nomtek (2025). "Flutter vs. React Native in 2025 — Detailed Analysis." Retrieved from https://www.nomtek.com/blog/flutter-vs-react-native